Salah satu implementasi pendidikan ada dalam nilai kejujuran yang dijunjung tinggi. Kejujuran menjadi harga mati yang harus ditegakkan anak didik Bonansa beserta orang tua mereka. Sejak awal, ketika mendaftar PSB Bonansa UNS selalu meminta fotokopi akte kelahiran. Jika ada niat untuk melakukan pencurian umur dan diketahui kemudian hari, maka pemain bersangkutan harus siap untuk dikeluarkan.
Sebagian besar anak didik Bonansa adalah para remaja yang sedang mencari jati diri, di saat itulah Drs. Soekatamsi merasa perlu menata mereka. Pihak Bonansa dibiasakan untuk selalu mewanti-wanti anak didik agar menjaga kedisiplinan. Drs. Soekatamsi dikenal tidak suka ketika mengetahui ada pemain yang terlambat latihan. Selain itu, tidak satupun pemain diperbolehkan mengubah model rambut menjadi model yang aneh, apalagi diwarnai.
Masih dalam lingkup kata “pendidikan” yang diajarkan Drs. Soekatamsi, Bonansa selalu menghimbau anak didik agar selain berprestasi di lapangan hijau, mereka juga berprestasi di bangku sekolah. Bahkan, setiap ada penerimaan rapor, Bonansa selalu meminta fotokopi hasil rapor terbaru. Ketika ada ujian di sekolah, maka Bonansa selalu mengurangi waktu berlatih, bukan meniadakan, semisal sebelumnya tiga kali seminggu menjadi hanya sekali.
Kekeluargaan yang terjalin kuat juga menjadi salah satu pilar penting kemajuan Bonansa. “Seluruh orang tua siswa dan anak didik beliau anggap keluarga, setiap ada masalah, pengurus selalu berusaha menjadi penengah,” ujar Dra. Srihati Waryati atau Bu Si, istri dari beliau.
Comments
Post a Comment