Ahad malam, 1 Agustus 2010, Solo menjadi pusat perhatian suporter sepakbola nasional. Piala Indonesia mencapai tahap terakhir, mempertemukan dua raksasa Indonesian Super League, Sriwijaya FC dan Arema Indonesia. Seperti yang terlihat pada layar kaca, venue pertandingan tersebut, Stadion Manahan Solo, dipadati penonton dari kedua tim, bahkan sampai meluber di pojok lapangan. Frame yang ditayangkan melalui televisi selalu sama di seluruh Indonesia, yakni keadaan di dalam stadion. Insiden kartu merah Noh Alam Shah hingga terhentinya pertandingan oleh Kapolda menjadi topik yang ramai dibahas.
Namun, bagi mereka yang terlanjur ngluruk stadion tetapi tidak kebagian tiket (termasuk saya), ceritanya bukan hanya sesederhana itu. Hasrat menonton laga prestisius tidak dapat seketika padam, apalagi rela pulang, hanya karena tidak memegang tiket. Banyak momen unik yang terjadi dan jauh berbeda dari yang terlihat melalui televisi. Inilah beberapa momen yang sudah saya abadikan.
Suasana keramaian di salah satu gerbang stadion. Amati penampakan kaki menggantung. :)
Mereka seperti duduk di buk pinggir jalan, cuma bedanya lebih memacu adrenalin.
Namanya juga nonton gratis, harus puas walau harus nonton di antara kaki-kaki aparat dan bentangan kain kuning. Tetapi, dari sini pun Kurnia Meiga sempat terlihat dari kejauhan. Ada gambar bendera Indonesia dan UK, mungkinkah menggambarkan kwalitas liga yang hampir mirip?
Suporter ada di mana-mana. Di kursi tribun ada, di bawah kursi tribun juga ada.
Coba, ada berapa orang yang duduk di "langit"? Hanya beberapa puluh meter dari lampu stadion.
Seorang penjual siomay berdiri di antara keramaian.
Masih banyak jalan menuju Roma (baca: Rhoma). Selalu ada pemecahan untuk setiap masalah.
Terima kasih kepada panpel atas inisiatifnya menyediakan layar tancap bagi mereka-mereka yang kurang beruntung. Semua berkumpul di sekitar tempat parkir, serasa drive-in theater.
Comments
Wah, fotonya bagus-bagus, bukti bahwa rakyat Indonesia menyukai sepakbola mereka sendiri
ReplyDeleteWah, hatur nuwun. Ya, kalo bisa lebih baik memboyong Liga sekelas EPL ke Indonesia. :D
ReplyDelete